Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconFundamental

Fundamental Saham Sudah Mati? Berikut Faktanya

2 Agu 2021, 10:16 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Fundamental saham sudah mati menjadi kalimat yang muncul setelah banyak saham blue chip, bahkan sampai sektor defensive seperti consumer goods tumbang. Lalu, saham yang melejit justru yang fundamental sahamnya bisa dibilang kalah jauh dari para blue chip tersebut. Apakah benar analisis fundamental saham sudah mati?


Sebenarnya, with fundamental in trust belum mati, hanya saja sudut pandang penurunan harga saham blue chip yang dianggap berfundamental baik dilihat secara berbeda. 


Jika dilihat dari kacamata trader, harga saham blue chip seperti PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Indofood CBP Tbk. (ICBP), sampai PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) jelas sedang down trend. Akhirnya, banyak investor ritel yang mulai hopeless terhadap saham yang selalu disebut blue chip tersebut. 


BACA JUGA: Begini Cara Analisis Profitabilitas Saham


Namun, saham blue chip ini juga punya momentum untuk bergerak. Salah satu contohnya saham TLKM. Pada 2020, harga saham TLKM sempat anjlok 34,52 persen menjadi Rp2.560 per saham pada 2 November 2020 dibandingkan dengan 2 Januari 2020. 




Waktu itu, banyak juga investor dan trader yang hopeless dengan TLKM. Bahkan, banyak yang menilai tampaknya harga TLKM tidak bakal naik lagi. Padahal, TLKM salah satu saham blue chip dan penguasa pasar telekomunikasi di Indonesia. 


Namun, akhirnya harga saham TLKM mulai bullish reversal pada akhir 2020. Kini, harga saham TLKM balik ke Rp3.200-an per saham. 


Memang, momentum bullish reversal TLKM ada kemungkinan berhubungan dengan tren digital saat ini. Meskipun begitu, kita bisa belajar kalau setiap saham ada momentum dan cylicalnya masing-masing. 


Fundamental Saham vs Follow The Trend


Kalau melihat saham UNVR, ICBP, dan HMSP turun, ini menjadi sinyal kalau sekarang bukanlah momentumnya consumer goods


Nah, kalau kamu karakter yang ingin untuk cepat, jangan masuk ke saham value investing seperti UNVR, ICBP, dan HMSP, tetapi ikuti tren yang ada. Misalnya, saat ini lagi tren industri digital, kamu bisa pelajari saham-saham apa saja yang lagi bertransformasi untuk menjadi digital. 


Soalnya, kalau kamu yang ingin untung cepat, tapi masuknya ke value investing. Pergerakannya bakal lambat. Penyebabnya, saham value investing itu biasanya lagi terdiskon alias murah. Kenapa murah? karena saham itu lagi ada masalah baik internal maupun eksternal. 


BACA JUGA: Berikut Cara Menganalisis Model Bisnis Perusahaan


Masalah di sini, tidak harus perusahaannya yang bermasalah. Bisa jadi, kondisi ekonomi makro yang berdampak buruk terhadap bisnis perusahaan atau sektor bisnisnya yang lagi lesu. 


Problem Sektor Consumer Goods


Bisa dibilang, saat ini saham teknologi atau yang berhubungan digital yang menjadi tren pasar. Di sisi lain, saham consumer goods lagi menghadapi beberapa tantangan seperti potensi pertumbuhannya yang cenderung terbatas. 


Pertumbuhan consumer goods yang terbatas disebabkan oleh kuantitas penjualan tidak bertambah dan harga jual juga tidak bisa naikkan banyak. Padahal, harga bahan baku, seperti yang terkait komoditas juga naik turun. Ini menjadi masalah sektor consumer goods saat ini. 


Di sisi lain, beberapa blue chip seperti UNVR memiliki jumlah free float yang kecil. Dengan begitu, saham blue chip itu juga terkena imbas dari kebijakan perubahan perhitungan IHSG dari full market cap menjadi free float


Soalnya, manajer investasi yang mengelola dana reksa dana bakal mengatur ulang komposisi portofolionya dengan menyesuaikan aset di saham free float kecil ke free float besar. 

 

Jadi, jangan heran kalau beberapa saham Blue Chip lagi turun. Namun, down tren ini bukan berarti tidak menarik untuk koleksi. Saham-saham consumer goods itu tetap menarik untuk dikoleksi jangka panjang dan mindsetnya harus investasi. 


Mindset investasi adalah membeli perusahaan sehingga yang dilihat adalah valuasinya. Apalagi, membeli saham diskon, berarti harganya belum akan naik dalam jangka pendek. Mindset investor juga tidak melihat apakah harga saham naik atau turun besok, tetapi benar-benar fokus ke valuasi dan fundamental perusahaan. 


Jika kamu masih melihat harga saham naik atau turun, berarti masih mindset trader. Cara bisa mengoptimalkan keuntungan sebagai trader adalah mengikuti saham yang lagi tren. 


Nah, bagaimana cara melihat saham yang lagi tren atau belajar analisis fundamental? 


Yuk join user premium Emtrade dengan klik link ini ya


Di emtrade.id, kamu bisa mendapatkan analisis saham, report research saham, tanya jawab intensif, referensi saham, event khusus user premium, sampai webinar rutin morning dan day briefing interaktif. 


-S-


emtrade.id/disclaimer


Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi