Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconSaham

Bukalapak Mau IPO, Ini Kisah Amazon, JD.com, dan Alibaba Waktu Masuk Bursa

25 Jun 2021, 08:08 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image
Rencana Bukalapak IPO semakin dekat, apalagi setelah presentasi mini expose perusahaan teknologi di bidang marketplace itu muncul di publik. Jika melihat ke belakang, ada tiga perusahaan e-Commerce dan marketplace besar di dunia yang IPO. Sebelum melihat Bukalapak melantai di bursa, berikut kisah Amazon, JD.com, dan Alibaba saat IPO. 

Amazon IPO 15 Mei 1997


Amazon memutuskan IPO hanya kurang lebih 4 tahun setelah didirikan. Waktu IPO, status Amazon masih menjadi perusahaan toko buku online. 

Dengan status itu saja, rentang harga IPO mengalami perubahan tiga kali. Dari 12 dolar AS - 14 dolar AS per saham menjadi 14 dolar AS - 16 dolar AS per saham. Hingga akhirnya ditetapkan menjadi 18 dolar AS per saham. Dengan harga itu, kapitalisasi pasar Amazon menjadi sekitar 300 juta dolar AS. 

Dari aksi IPO itu, Amazon meraup dana IPO sekitar 54 juta dolar AS. Ditambah, harga sahamnya pada hari pertama diperdagangkan melejit 30 persen. 


Saat mengajukan IPO, kinerja keuangan Amazon pada kuartal I/1997 mencatatkan pendapatan bersih senilai 16 juta dolar AS dengan kerugian 3 juta dolar AS. 

Secara trafik website, Amazon memiliki rata-rata jumlah pengunjung harian sebanyak 80.000 kali. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan dengan Desember 1995 yang senilai 2.200 kali. 

Kini, harga saham Amazon berada di level US$3.503 per saham. Harga saham Amazon itu pun sudah melewati 3 kali stock split, yakni 2 Juni 1998 dengan rasio 1:2, 5 Januari 1999 1:3, dan 1 September 1999 1:2. 

Bisnis Amazon juga sudah berkembang jauh tidak lagi sekadar toko buku online, tetapi sudah menjamah sebagai e-Commerce sampai cloud server. 

JD.com IPO 22 Mei 2014


JD.com mendahului Alibaba beberapa bulan untuk melantai di bursa AS. Harga IPO JD.com saat itu dipatok sekitr 19 dolar AS per saham. Di atas rentang harga yang ditentukan 16 - 18 dolar AS per saham. 

Dengan harga IPO itu, valuasi JD.com menjadi 25,7 miliar dan mengumpulkan dana dari IPO senilai 1,78 miliar dolar AS. 

JD.com adalah salah satu kompetitor Alibaba di China, meski JD.com dinilai lebih mirip seperti Amazon, sedangkan Alibaba mirip seperti eBay. 

Namun, dari valuasi atau kapitalisasi pasar, skala JD.com masih jauh dibandingkan Alibaba yang IPO sekitar 3 bulan setelah perusahaan yang didirikan Liu Qiangdong itu IPO. 

Alibaba IPO 18 September 2014


Alibaba memecahkan rekor sebagai peraih dana IPO terbesar di dunia setelah meraup dana hingga 21,8 miliar dolar AS. Nilai dana segar yang diraih Alibaba bertambah menjadi 25 miliar dolar AS setelah jumlah saham yang beredar di publik ditambah oleh para pemegang saham. 

Dalam penetapan saham IPO, awalnya harga saham Alibaba dipaotk pada  rentang 60-66 dolar AS per saham. Namun, rentang itu dinaikkan menjadi 66-68 dolar AS hingga harga IPO yang ditetapkan 68 dolar AS per saham. 

Dengan harga IPO itu, valuasi Alibaba tembus 160 miliar dolar AS. Jauh lebih tinggi daripada JD.com yang sudah IPO 3 bulan sebelumnya. 

Saat hari pertama melantai di bursa, saham Alibaba langsung terbang ke 93 dolar AS. Setelah itu, harga sahamnya kembali koreksi menjadi 92 dolar As. 

Harga saham Alibaba melejit hingga tembus 93 dolar AS per saham pada perdagangan hari pertamanya. Namun, saham Alibaba sempat terkoreksi ke 92 dolar AS pada hari kedua. 

Kini, JD.com dan Alibaba melakukan listing kedua di bursa Hong Kong pada 2020. 

Bagaimana dengan Bukalapak?


Saat ini Bukalapak menjadi marketplace terbesar ke-4 di Indonesia dari sisi gross merchant value pada 2020. 

Total GMV Bukalapak senilai 3 miliar dolar AS, di bawah Lazada 4,5 miliar dolar AS, Tokopedia 14 miliar dolar AS, dan Shopee 14,2 miliar dolar AS. 

Saat ini, valuasi Bukalapak ditaksir sekitar 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp43 triliun. 

Kabarnya, lewat IPO dengan dual listing itu, Bukalapak menargetkan bisa himpun dana hingga 800 juta dolar AS atau sekitar Rp11 triliun. Jika target dana itu terealisasi, berarti Bukalapak jadi emiten dengan nilai IPO terbesar kedua setelah ADRO. 

Namun ingat, dalam membeli saham IPO, kamu juga harus menganalisis kinerja keuangan dan rekam jejaknya. Semua itu bisa kamu dapatkan dari prospektusnya, meski data yang ada di dalamnya cenderung terbatas. Setidaknya, kamu bisa mendapatkan gambaran seperti apa prospek saham tersebut ke depannya.

Nah, mau belajar analisis saham secara fundamental? yuk langsung join user premium Emtrade.id ya dengan klik link ini

Di emtrade.id, kamu bisa mendapatkan analisis saham, report research saham, tanya jawab intensif, referensi saham, event khusus user premium, sampai webinar rutin morning dan day briefing interaktif. 
 
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi