Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconRisk Management

Jangan Asal Average Down, Nanti Malah Bisa Makin Boncos. Pahami Strateginya di Sini

2 Agu 2021, 10:36 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Ada anggapan umum yang bilang ketika harga saham yang dikoleksi sedang turun, tidak perlu khawatir karena tinggal di average down saja. Namun, investor harus tahu kalau average down tidak bisa dilakukan sembarangan.

Bukannya mengurangi kerugian, aksi average down yang sembarangan malah bikin rugi makin menggunung. Untuk itu, dalam melakukan average down harus gunakan strategi yang tepat agar bisa meredam risiko.

Average down adalah aksi menambah jumlah saham yang sudah dimiliki dengan harga yang lebih rendah. Dengan begitu, rata-rata harga saham yang dimiliki juga ikut turun. Kesannya memang membuat risiko investasi saham bisa diredam, tetapi average down tidak bisa dilakukan sembarangan karena bisa bikin rugi makin membesar.

Soalnya, tidak ada yang bisa memprediksi seberapa jauh harga saham itu akan turun terus, sedangkan dalam melakukan average down membutuhkan modal juga.

Jadi, ketika melakukan average down secara sembarangan ketika saham itu sedang turun, tingkat kerugian yang bakal diterima bisa makin besar. Soalnya, harga saham terus turun dan nilai investasi terus bertambah.

 Cara Melakukan Average  Down yang Bisa Redam Risiko

Untuk itu, average down harus dilakukan dengan strategi yang tepat. Salah satu strateginya adalah dengan cara dollar-cost averaging, sebuah strategi investasi berkala dengan target yang sudah ditentukan sejak awal. Biasanya, strategi ini digunakan untuk investasi jangka menengah panjang.

Dalam melakukan dollar-cost averaging, ada tiga tips yang bisa dilakukan agar bisa meraup potensi keuntungan yang optimal dengan risiko yang terkontrol.

Pertama, mencicil investasi saham saat pasar sedang koreksi atau valuasi sedang terdiskon setiap bulannya. Jangan mencicil investasi saat pasar sedang mahal dan valuasi lagi mahal-mahalnya. Kalau mencicil saat harga mahal, berarti rata-rata harga akan naik dengan begitu prospek keuntungan menjadi lebih rendah, malah bisa berisiko jika pasar mengalami penurunan.

Kedua, mencicil investasi saham dengan nominal yang sama. Misalnya, investor mematok investasi setiap bulannya Rp10 juta. Berarti, harus konsisten setiap bulannya Rp10 juta hingga memenuhi alokasi target dana yang ingin dihimpun. Pola ini dilakukan agar tingkat penurunan rata-rata harga saham bisa lebih optimal jika ingin terus menyicil di harga rendah.

Ketiga, sebelum memulai, cari tahu informasi lengkap soal saham yang akan kamu koleksi jangka panjang dengan dollar-cost averaging. Apakah fundamental keuangannya bagus sampai struktur utangnya aman?.  

Sebagai contoh, misalnya ada seorang investor yang punya resolusi untuk investasi ke saham PT Astra International Tbk. (ASII) sejak awal 2021 dengan strategi dollar-cost averaging senilai Rp10 juta per bulan dengan target alokasi modal hingga Rp100 juta.


Grafik Saham ASII

Di sini, investor itu secara konsisten berinvestasi di ASII setiap bulannya dengan nominal sekitar Rp10 juta per bulan. Investor ini selalu menambah jumlah kepemilikan sahamnya di ASII setiap harganya lagi turun, minimal lebih rendah dari posisi beli yang sebelumnya.


Hasilnya, harga rata-rata saham ASII yang dimiliki investor itu turun dari Rp6.225 per saham menjadi Rp5.405 per saham dengan total kepemilikan sampai bulan ke-5 sebanyak 9.000 lemmbar saham alias 90 lot.

Bayangkan, kalau investor itu langsung membeli saham ASII senilai Rp50 juta pada 4 Januari 2021. Harga saham yang dimiliki bakal turun dan jumlah saham yang dimiliki juga berkurang 10 lot dari 90 lot yang dikoleksinya dengan dollar-cost averaging.

Keuntungan dari menggunakan konsep dollar-cost averaging adalah  investor tidak perlu resah dengan volatilitas pasar. Soalnya, investor sudah mengalokasikan modal untuk membeli bertahap di harga yang lebih murah.

Dengan begitu, strategi dollar-cost averaging membawa sang investor ke posisi harga saham yang baik, meskipun bukan yang terbaik. Namun, setidaknya membantu meredam risiko fluktuasi pasar yang bisa terjadi kapan pun.

Risiko Dollar-cost Averaging

Strategi Dollar-cost averaging memang terdengar seperti sangat bagus untuk investasi menengah panjang. Namun, perlu diingat, strategi Dollar-cost averaging juga tidak bisa dilakukan untuk sembarangan tanpa analisis yang matang.

Investor yang menggunakan strategi ini harus mengetahui detail dan alasan kenapa berinvestasi di saham emiten tertentu. Misalnya, bagaimana model bisnis saham yang akan dikoleksi, rekam jejak kinerja keuangan, sampai ekspektasi prospek saham tersebut untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.

Jika investor dollar-cost averaging mengabaikan fakta detail tentang saham yang ingin dikoleksi, maka tingkat risiko investasinya bisa meningkat. Soalnya, bisa jadi saham perusahaan yang dikoleksi ternyata bisnisnya sedang menurun atau ternyata sedang terlilit utang dan membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kinerja keuangannya.

Bisa dibilang, strategi dollar-cost averaging membutuhkan kemampuan analisis fundamental dan teknikal secara bersamaan. Tujuannya, fundamental bisa melihat prospek perusahaan jangka panjang, sedangkan teknikal bisa melihat prospek pergerakan harga jangka pendek dari pergerakan historis untuk menentukan apakah menjadi waktu yang tepat untuk beli atau tidak

Kalau kamu ingin belajar untuk menganalisis saham lebih dalam, kamu bisa baca artikel berjudul FA3: Dasar Analisis Fundamental dan TA15Mengenal Indikator Analsis Teknikal.


-C-

emtrade.id/disclaimer

Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi