Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-icon

Peluang Dibalik Petaka Corona

4 Jun 2021, 09:05 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image



2020-03-18 08:45:47 / Ellen May


Tadi malam, saya sempat ngobrol dengan beberapa teman yang berada di belahan negara lain, seperti di New York, Los Angeles, dan San Francisco. Topik obrolan pun sama dengan apa yang menjadi trending topic saat ini di Indonesia. Apa lagi kalau bukan Coronavirus.

Rekan-rekan saya di sana berkisah bahwa mereka saat ini sedang dalam kondisi lockdown selama 2 pekan, dan sama seperti di Indonesia, masyarakat di sana juga memborong barang kebutuhan sehari-hari. Bahkan supermarket sampai kosong. 

Teman saya bilang, “The whole world is panicking about toilet paper!”

Saya jawab, “Not here, in Indonesia” hahaha…

Ya, setidaknya di sini kita bersyukur tidak perlu ketakutan kehabisan toilet paper, karena ada penemuan tercanggih abad ini di Indonesia, yang dinamakan ‘toilet shower’. Hahaha…

Coronavirus yang kini menjadi pandemi di seluruh dunia, menjadi momok dan menimbulkan ketakutan bagi banyak orang. Tidak hanya menimbulkan ketakutan bagi kesehatan, namun kita mulai mengkhawatirkan dampak domino dari perlambatan perekonomian.

Saya bisa memahami, mengapa presiden Jokowi saat ini belum menginstruksikan untuk melakukan lockdown, melainkan menginstruksikan untuk melakukan isolasi mandiri. Belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah, dan juga menghindari kerumunan. Jika lockdown dilakukan, tak ayal perekonomian kita akan semakin melambat. Dampaknya?

Pasar saham turun? Itu pasti. Namun bicara tentang pasar saham turun, saya tidak kuatir, selama kita punya cash saat ini. Pasar saham diskon justru jadi peluang. Soal itu, bisa diikuti strategi kami dalam berinvestasi dengan ikuti Seminar Online “Saham Diskonvaganza2020” di www.ellen-may.com/sodv

Dampak riil jika terjadi lockdown dan perlambatan perekonomian sudah jelas… jika pendapatan berkurang, perusahaan merugi, maka langkah pertama yang dilakukan pastilah akan terjadi efisiensi. Akan terjadi PHK di mana-mana. Dan jika daya beli melemah, kebutuhan pokok tak terpenuhi, apa yang akan terjadi? 

Saya tak mau berandai-andai, namun kita harus tetap mengantisipasi. Wabah Corona menjadi petaka itu pasti. Namun ternyata justru ada yang mendapat berkah dan peluang baru. Gimana ceritanya? Bagaimana caranya mengantisipasi? Bagaimana caranya menjadi pemenang di tengah kondisi yang sedang susah ini?

Mamang… saat ini banyak sektor industry dan bisnis yang saat ini sedang terdisrupsi dan setengah mati bertahan. Contohnya, industry transportasi, travel dan pariwisata.

Dikutip dari Kontan, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mencatatkan setidaknya terdapat 2,95 juta karyawan maskapai di seluruh dunia. Sekitar 462.000 di antaranya berada di Amerika Serikat. Dengan demikian, jika terdapat penurunan jumlah pekerjaan sebesar 5% di industri penerbangan bisa mengakibatkan 150.000 orang kehilangan pekerjaan di seluruh dunia, dan lebih dari 20.000 orang di Amerika Serikat.

Namun kalau kita lihat dengan cermat, sebenarnya ada beberapa bisnis yang diuntungkan dari kejadian ini. Bisnis apa saja itu?

  1. Bisnis kesehatan

 Dari masker, sanitizer, suplemen penambah imunitas, sarung tangan, semuanya diburu oleh masyarakat di seluruh belahan dunia. Tidak hanya itu, perusahaan pengembang antivirus pun mengalami peningkatan harga saham meski perusahaan lain merosot. Contohnya Inovio, Modern, Novavax, Regeneron Pharmaceuticals.


  1. Bisnis yang menjual kebutuhan dasar

Kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup adalah pangan, sandang, papan. Tidak heran masyarakat membanjiri supermarket, karena insting untuk bertahan hidup. Beras, mi instan, gula, makanan frozen, semua diborong karena lockdown atau sekedar mengantisipasi. Bahkan, beberapa supermarket di sejumlah negara mulai kosong, meskipun setiap hari suplai barang datang, langsung diborong habis.



New York, 14 Maret 2020

  1. Bisnis online

Kondisi lockdown, maupun anjuran untuk isolasi mandiri, membuat sebagian besar masyarakat harus bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. 

Perusahaan apa saja yang diuntungkan?

  • Aplikasi gym online menggantikan posisi personal trainer saat ini, dan menuai berkah setelah banyak orang takut untuk berolahraga di gym centre.

  • Aplikasi hiburan online, sudah pasti semakin banyak pengunjung dan pengguna. Mereka yang kerja di rumah, belajar di rumah, lebih punya banyak waktu untuk ngegame dan sekedar nonton Youtube dan Netflix. Apalagi jaman hoax bertebaran di mana-mana.

  • Aplikasi edukasi online. Masyarakat Indonesia (di luar kota Jakarta), masih sangat awam menggunakan aplikasi ini. Apalagi di pelosok yang sinyal HP aja susah. Namun kini dengan diliburkannya sekolah di berbagai daerah, terpaksa deh harus belajar online. Aplikasi RuangGuru, Zenius, Google Classroom, Sekolahmu, mengalami penambahan jumlah user.

  • Aplikasi meeting & seminar online. Saya termasuk yang sangat diuntungkan dengan adanya aplikasi meeting & seminar online, salah satunya aplikasi Zoom. Menghindari penularan Corona, maka semua event kami alihkan ke Zoom meeting. Jika ingin mengikuti bisa ke www.ellen-may.com/sodv

  • Aplikasi kesehatan online. Halodoc, Yesdok, jadi pilihan ketika orang-orang takut ke rumah sakit / dokter untuk cek kesehatan.

  • Online shop. Dari Amazon, Tokopedia, Shopee, Lazada, dan sebagainya, justru laris manis. Tidak hanya itu. Penjual online personal pun juga menuai berkah. Ada aja yang dijual. Dari peralatan kesehatan seperti masker, hand sanitizer, sarung tangan, suplemen, bahkan makanan dan buah-buahan karena banyak orang takut pergi ke pasar / supermarket.

  • Jasa kurir. Kebalikan dengan bisnis transportasi. Jasa kurir saat ini justru malah menuai rejeki karena meningkatnya permintaan dari online shop.


Jadi… kesimpulannya, sebenarnya di setiap situasi ada kerugian, tapi juga ada peluang. Bagaimana memanfaatkan peluang itu? Bukan dengan cara menjual masker dengan harga mahal, ataupun dengan cara nakal seperti daur ulang masker bekas yang marak terjadi saat ini.

Kesimpulannya adalah, antisipasi jauh-jauh hari dan gerak cepat.

Berita tentang Coronavirus ini sudah kita dengar sejak akhir bulan Desember 2019. Bukan baru kemarin. Beberapa orang memilih untuk santai saja, toh itu kan di China. Nggak di Indonesia.

Namun beberapa orang yang bijak, sudah mengantisipasi, bahwa virus bisa sampai kemana-mana. Banyak manusia yang beranggapan “saya nggak bakal kena” bukan cuma di sini saja, sehingga mereka tetap bepergian dan saling menularkan virus ke seluruh penjuru dunia. Orang bijak tahu benar bahwa hal itu akan terjadi.

Tanpa menunggu omset anjlok, orang yang mengantisipasi akan bisa melihat peluang bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan mengeksekusi dengan cepat.

Semua orang tahu, apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Namun, kenapa hanya sedikit yang bertindak?

Problemnya, banyak orang menyepelekan. Kalaupun mereka sadar diri, banyak yang takut tidak berani bertindak, karena banyak alasan. Dari takut bersaing, tidak tahu caranya, takut salah, dan sebagainya. Tantangan ketiga, selain menyepelekan dan takut adalah, meskipun sudah tahu caranya, seringkali kita terhambat pada eksekusi. Mengapa? Karena mengharapkan perfeksionisme.

Jadi, kondisi saat ini, wabah Corona, bisa dibilang sebagai “seleksi alam”. Yang kreatif dan berani akan bertahan dan semakin kaya. Yang malas dan penakut akan terseleksi. 

Wabah Corona sebenarnya hanya 1 contoh. Di masa mendatang, akan muncul berbagai tantangan lain lagi, yang di luar pemikiran kita.

Contoh lain, jangan sampai seperti perusahaan taksi konvensional yang lengah akan kehadiran taksi online, karena sudah berada di comfort zone, sehingga melupakan inovasi.

Kunci keberhasilan entrepreneur dan pebisnis adalah terus mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa mendatang, tidak malas / mencari excuse, namun memikirkan inovasi secara berkesinambungan. 

Pilihan ada di tangan kita, mau keluar dari zona nyaman dan mengantisipasi semua kemungkinan terburuk dari bisnis, atau sekedar berpangku tangan menunggu situasi membaik? Mau take control, atau mau jadi korban?

Demikian pula dalam investasi saham. Mau jadi korban pasar saham jatuh dengan asal membeli tanpa strategi? Atau mau ikut dapatkan keuntungan besar dengan membeli secara benar?


CANI, alias constant and never ending improvement. Demikian kata Tony Robbins.

Kaizen, alias kemajuan sedikit demi sedikit dan terus menerus. Demikian kata pepatah China.

Tidak hanya dalam berbisnis dan berinvestasi, namun dalam setiap aspek kehidupan ini.

Jika Anda ingin belajar berinvestasi saham dan memanfaatkan momen saham diskon, yuk join seminar online Saham Diskonvaganza di www.ellen-may.com/sodv

We help people make money & change lives better.

Salam profit,

Ellen May

Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi