Sebelum kita melakukan analisis fundamental perusahaan, ada baiknya kita memahami analisis makro ekonomi dan analisis sektoral yang juga berpotensi mempengaruhi fundamental perusahaan. Pendekatan analisis dari makro ke mikro (fundamental) disebut dengan pendekatan top down.
Analisis makro ekonomi
Analisis makro ekonomi mencakup analisis perekonomian secara global dan domestik, baik kebijakan moneter (suku bunga) maupun kebijakan fiskal (stimulus), serta berbagai indikator perekonomian lainnya seperti inflasi, nilai tukar uang, tingkat pengangguran, dan juga GDP.
Analisis sektoral
Ada banyak hal yang mempengaruhi kinerja dari sebuah industri / sebuah sektor tertentu, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pergerakan harga saham dari perusahaan yang berada di sektor tersebut.
Berikut ini 9 sektor bisnis dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berikut beberapa hal yang bisa mempengaruhi sektor tersebut:
Agriculture (CPO, Corn, Wheat, Cocoa, Flour)
Saham yang masuk dalam sektor ini antara lain: AALI, LSIP, SIMP, DSNG, BWPT, TBLA
Beberapa faktor yang mempengaruhi sektor agriculture:
1. Kondisi alam, misalnya La Nina. Fenomena ini menyebabkan adanya potensi berkurangnya suplai atas produk sawit karena kemungkinan terjadi gagal panen di negara-negara yang terdampak pandemi. Oleh karena itu hal ini menguntungkan untuk industry CPO di Indonesia yang tidak terdampak La Nina, dan harga CPO juga bisa meningkat karena suplai berkurang. Contoh lain adalah kondisi gagal panen bisa berpengaruh negatif buat sektor agrikultur pada umumnya.
2. Special event, seperti festival Diwali di India yang bisa mendorong permintaan CPO, bisa mempengaruhi harga CPO meningkat.
3. Kebijakan dari regulator, seperti penerapan program B30 oleh Pemerintah dan bahkan akan terus berkembang hingga B50 dan B100. Contoh lain adalah kesepakatan negara-negara atas pembatasan kuota impor dan ekspor, serta penetapan naik turunnya bea impor dan ekspor.
Saham yang masuk sektor ini adalah:
3. Lembaga non-bank: ADMF, BFIN, PNIN
Contoh hal-hal yang bisa mempengaruhi sektor ini adalah:
2. Kebijakan moneter dan fiskal. Misalnya, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) sehingga biaya perbankan rendah. Contoh lain adalah adanya relaksasi kredit sehingga mendorong minat kredit konsumen. Contoh lain, naiknya Loan to Value (LTV) sehingga permintaan kredit perumahan naik menjadi sentimen positif untuk industri finansial, terutama perbankan.
3. Pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) sehingga likuiditas perbankan naik
Infrastructure, Utilities and Transportation
Consumer Goods
Saham yang termasuk ke dalam sektor ini: CLEO, GGRM, HMSP, HOKI, ICBP, INDF, MYOR, SIDO, ULTJ, UNVR
Beberapa hal yang bisa menjadi faktor yang mempengaruhi sektor ini antara lain:
2. Kebijakan dari pemerintah, misalnya adanya bantuan tunai langsung (BLT), subsidi listrik, gas, BBM, dan kenaikan UMK sehingga daya beli masyarakat bisa dialihkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok. Demikian pula sebaliknya, pencabutan subsidi bisa menekan daya beli masyarakat. Contoh lain adalah, penentuan HJE (Harga Jual Eceran) yang berpotensi membuat margin perusahaan tertekan.
3. Naiknya harga komoditas sebagai bahan baku
pembuatan produk dan berimbas ke naiknya harga jual. Meski demikian sektor
barang konsumsi ini biasanya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehingga dampaknya tidak terlalu signifikan.
Beberapa hal yang bisa menjadi faktor yang mempengaruhi sektor ini antara lain:
2. Perubahan harga bahan bakar dan bahan baku yang bisa berpengaruh pada biaya produksi.
3. Program pemerintah dan rencana APBN, jika anggaran untuk infrastruktur meningkat tentunya proyek pembangunan infrastruktur pemerintah dan pengembangan property juga meningkat. Contoh lain adalah, Omnibus Law bisa mendorong banyak investasi asing masuk ke Indonesia dan meningkatkan proyek infrastruktur yang berdampak positif bagi industri ini.
4. Perubahan suplai, yang bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya, over kapasitas semen yang membuat pemerintah menurunkan harga semen di tahun 2015. Contoh lain misalnya impor ayam yang dilakukan pemerintah.
5. Perubahan harga bahan baku misalnya perubahan harga komoditas pulp and paper
6. Perubahan tren / perkembangan teknologi, misalnya maraknya tren digital sehingga permintaan kertas turun.
Beberapa hal yang bisa menjadi faktor yang mempengaruhi sektor ini antara lain:
2. Kondisi perekonomian yang semakin maju. Misalnya tingginya tingkat pembangunan infrastruktur mendorong permintaan kendaraan utk logistik.
Property, Real Estate, dan Building Construction
Saham yang termasuk ke dalam sektor ini: ADHI, APLN, BEST, BSDE, CTRA, DMAS, PTPP, WSKT, SRMA, WIKA
Saham yang termasuk ke dalam sektor ini: ACES, BMTR, MNCN, SCMA, LPPF, RALS, IRRA, MIKA
Beberapa hal yang bisa menjadi faktor yang mempengaruhi sektor ini antara lain:
Naik turunnya daya beli masyarakat, misalnya
adanya bantuan tunai langsung (BLT), subsidi listrik, gas, BBM, dan kenaikan
UMK sehingga daya beli masyarakat bisa dialihkan untuk pemenuhan kebutuhan
pokok. Demikian pula sebaliknya, pencabutan subsidi bisa menekan daya beli
masyarakat. Contoh lain adalah, penentuan HJE (Harga Jual Eceran) yang
berpotensi membuat margin perusahaan tertekan.
2. Perkembangan tren digital, seperti kehadiran
live streaming di media sosial dan kehadiran TV cable mengancam sektor media.
Mining (Coal, Metals, Oil, Gas)
Saham yang masuk sektor ini antara lain:
- Pertambangan batubara = ADRO, PTBA, INDY, ITMG,
DOID
- Minyak = MEDC, ELSA
- Gas = PGAS
- Metals = INCO, ANTM, TINS
Beberapa hal yang bisa mempengaruhi gerak saham komoditas antara lain:
1. Peningkatan produksi minyak yang membuat harga turun dan pemangkasan produksi yang bisa membuat harga naik.
2. Perubahan musim, misalnya memasuki musim dingin, permintaan bahan bakar minyak, gas, dan batubara bisa meningkat.
3. Adanya alternatif substitusi / pengganti, misalnya penerapan DME untuk mengganti LPG mendorong permintaan coal dengan kalori rendah. Contoh lain adalah penggunaan baterai untuk sumber bahan bakar, sehingga permintaan nikel akan meningkat mensubstitusi permintaan batubara, sehingga bisa mendorong harga nikel naik dan batubara turun.
4. Regulasi. Misalnya adanya perubahan dalam undang-undang, misalnya UU Minerba dari pemerintah yang mempengaruhi ASP (Average Selling Price). Dari dalam negeri, naiknya pajak untuk sektor pertambangan batubara di dalam Omnibus Law misalnya, menjadi katalis negatif untuk sektor ini.
Contoh lain adalah pembatasan kuota impor dan ekspor, misalnya China membatasi impor batubara sehingga membuat harga batubara global turun, dan batubara China meningkat.
Nah setelah melakukan analisis sederhana dari kondisi makro dan sektoral, baru kita melakukan analisis terhadap fundamental perusahaan secara khusus.
Yuk lanjut ke FA3
https://emtrade.id/blog/3951/fa2-top-down-sectoral-analysis
Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?
Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023
Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini!
Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial