Laba Bersih TLKM Turun Secara Tahunan di Kuartal I/2024, Gimana Basis Kuartalan?

Emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) baru sama merilis laporan keuangan untuk periode kuartal I/2024. Hasilnya, pendapatan tumbuh 3,7% YoY dari Rp36,09 triliun menjadi Rp37,42 triliun. 

Pertumbuhan pendapatan sejalan dengan segmen mobile sebagai kontributor utama yang naik tipis 2% YoY menjadi Rp21,89 triliun sepanjang kuartal I/2024.

Berikut adalah kinerja segmen bisnis TLKM:

• Mobile Rp21,89 triliun (+2% YoY)

• Consumer Rp6,54 triliun (-2,41% YoY)

• Enterprise Rp10,99 triliun (+3,43% YoY)

• WIB Rp9,60 triliun (+6,87% YoY)

• Lain-lain Rp648 triliun (+13,48% YoY)

*Sebelum penyesuaian dan eliminasi

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, data diolah

Kenaikan pendapatan diikuti kenaikan pada beberapa pos beban seperti:

• Beban karyawan Rp4,12 triliun (+10,40% YoY)

• Beban interkoneksi Rp1,93 triliun (+22,75% YoY)

• Beban operasional Rp9,62 triliun (+4,92% YoY)

Dengan demikian, laba operasional tercatat Rp11,43 triliun, atau terkikis 3,70% YoY. Operating profit margin (OPM) juga turun 0,5% YoY dari 30,8% pada kuartal I/2023 menjadi 30,3% YoY pada kuartal I/2024.

Sebagai informasi, OPM menggambarkan persentase dari pendapatan total yang menjadi laba operasional setelah dikurangi biaya operasional. Maka, penurunan OPM menunjukkan bahwa perusahaan menjadi kurang efisien dalam mengubah pendapatan menjadi keuntungan.

Pada akhirnya di periode ini laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 5,8% YoY dari Rp6,42 triliun menjadi Rp6,05 triliun.

Di sisi lain, kinerja TLKM secara kuartalan justru cukup baik. Meskipun pendapatan cenderung flat dengan penurunan 1,4% QoQ jika dibandingkan dengan kuartal IV/2023 Rp37,97 triliun, laba bersih tumbuh impresif. Terhitung TLKM membukukan kenaikan laba bersih 19,6% QoQ dibandingkan dengan kuartal IV/2023 Rp5,06 triliun.

Hal ini didukung oleh efisiensi beban operasional 11,32% QoQ dan beban karyawan 2,85% QoQ. 

TLKM baru aja meluncurkan eSIM, yang dampaknya diharapkan cukup positif ke kinerja keuangan mereka. Ini dikarenakan beban penjualan kartu SIM mencapai Rp146 miliar di kuartal 1/2024.

Sehingga dalam jangka panjang, penggunaan eSIM berpotensi mengurangi biaya produksi, distribusi, dan pengelolaan SIM card fisik, yang pada akhirnya bisa mendorong pendapatan segmen mobile.

Saat ini valuasi TLKM berada di EV/EBITDA 4,88x. Artinya, sudah terdiskon 11% jika dibandingkan dengan rata-rata EV/EBITDA 5 tahun di 5,47x.

Baca juga: Telkomsel Akhirnya Rilis e-Sim, Begini Dampak ke Kinerjanya 

Lantas, apakah TLKM menarik untuk investasi? Bagaimana peluang dan strateginya? Cari tahu di Emvestart, webinar saham untuk pemula bersama pakar saham Ms Ellen May.

GRATIS! Pakai kode promo: BLOG

Klik di sini untuk informasi selengkapnya.