Usai libur panjang, IHSG ditutup turun selama dua hari berturut-turut, meski hari ini (18/04) menguat 0,50% ke level 7166. IHSG yang masih lesu didorong oleh beberapa sentimen seperti risiko geopolitik, pelemahan rupiah, serta rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Melihat kondisi tersebut, apakah saat ini cukup ideal untuk menabur benih investasi? Apa saja saham-saham big caps yang secara valuasi sedang terdiskon? Langsung saja simak ulasan singkatnya di bawah ini.
ASII
Saham emiten konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) sudah turun 9,29% sejak awal tahun dan 2,38% dalam sepekan terakhir. Saat ini ASII diperdagangkan dengan valuasi price to earnings (P/E) ratio 6,13x. Hal ini menandakan sahamnya terdiskon 45% jika dibandingkan dengan rata-rata P/E 5 tahun di 11,13x.
Sepanjang tahun 2023 ASII membukukan kenaikan pendapatan sebesar 5,03% dari Rp301,37 triliun pada 2022 menjadi Rp316,56 triliun pada 2023.
Laba bersih perusahaan jika tidak memperhitungkan penyesuaian nilai wajar atas investasi grup di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), mencapai angka Rp34 triliun, atau naik 12%. Asal tahu saja, kinerja laba bersih ini merupakan rekor tertinggi ASII sepanjang sejarah.
Namun, jika angka tersebut diperhitungkan, maka laba bersih ASII tumbuh 17% dari Rp28,94 triliun menjadi Rp33,83 triliun.
ASII melaporkan realisasi penjualan 4W (kendaraan roda empat) di kuartal I/2024 mencapai 119,6 ribu unit, turun 20,2% YoY. Pangsa pasar ASII juga turun dari 56,5% pada periode 2M24 menjadi 55,6% pada 3M24.
Penurunan ini sejalan dengan kinerja industri, yang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga dan sentimen dari produsen merek. Namun ke depan, ada beberapa event otomotif yang dapat menjadi penyangga penjualan 4W ASII.
ASII merencanakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 30 April 2024 untuk memutuskan pembagian dividen final tahun buku 2023. Manajemen ASII sendiri mengusulkan dividen final Rp421 per saham, atau setara rasio pembayaran 62% total laba bersih 2023. Maka, potensi dividen yield 8,21% berdasarkan harga penutupan Rabu (17/04) di 5125.
Baca juga: ASII Cetak Rekor Laba Bersih, Segini Potensi Dividennya
HMSP
Saham emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) turun 6,15% sejak awal tahun, sedangkan dalam sepekan terakhir terpantau flat. HMSP diperdagangkan dengan P/E 12,07x, terdiskon 41,25% dari rata-rata 5 tahun di 17,05x.
HMSP mencetak laba bersih sebesar Rp8,09 triliun sepanjang 2023. Ini naik 28,03% YoY dari tahun 2022 sebesar Rp 6,32 triliun. Capaian tersebut ditopang oleh pertumbuhan penjualan bersih sebesar 4,29% YoY dari Rp 111,21 triliun sepanjang 2022 menjadi Rp 115,98 triliun pada 2023.
Sebelumnya perseroan telah memperkenalkan produk terbarunya, yaitu Sampoerna Splash Royal. Kehadiran produk tersebut tak hanya melengkapi lini Splash (rasa buah), tetapi juga menjangkau pasar potensial untuk rokok beraroma buah dengan sensasi dingin.
Namun, masih ada risiko kenaikan cukai di tahun ini, di mana cukai SKM berpotensi naik lebih dari 2 kali lipat daripada SKT, dengan estimasi perbandingan kenaikan antara SKM dan SKT sebesar 12% dan 5%. Efeknya, margin HMSP berpotensi tertekan.
HMSP akan menyelenggarakan RUPST pada 23 April 2024. Salah satu agendanya adalah penetapan dividen. Diketahui, rata-rata yield dividen HMSP selama 5 tahun terakhir sebesar 5,4%. Adapun rata-rata rasio pembayaran dividen mencapai 100,9%
Baca juga: Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini
ICBP
Saham anak usaha INDF, yakni PT Indofood CBP Tbk (ICBP) terpantau turun 5,67% sejak awal tahun dan turun 9,32% dalam sepekan terakhir. Valuasi saat ini berada di P/E 16,64x, terdiskon 18,20% dari rata-rata 5 tahun di 19,67x.
Laba bersih mereka tumbuh 52,38% YoY dari Rp4,58 triliun pada 2022 menjadi Rp6,99 triliun pada 2023. Capaian ini sejalan dengan pendapatan yang naik 4,80% YoY dari Rp64,79 triliun menjadi Rp67,90 triliun.
Berhubung INDF belum mengumumkan jadwal RUPST, hingga saat ini belum ada kisi-kisi pembagian dividen ICBP. Dengan asumsi rata-rata rasio pembayaran dividen 40%, berarti potensi dividen per saham sebesar Rp338 per saham. Jika dihitung berdasarkan harga penutupan Rabu (17/04) di 10150, potensi yield sebesar 3,33%
INDF
Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) bergerak turun 5,81% sejak awal tahun dan turun 7,25% dalam sepekan terakhir. Dengan demikian, saat ini sahamnya ditransaksikan dengan P/E 6,55x, terdiskon 46,25% dari rata-rata P/E 5 tahun di 9,58x.
INDF berhasil membukukan laba bersih naik 28,12% YoY menjadi Rp6,35 triliun, sejalan dengan pendapatan yang naik tipis 0,79% YoY menjadi Rp111,7 triliun. Salah satu pendorongnya adalah beban pokok penjualan yang dipangkas 1,57% YoY menjadi Rp75,65 triliun. Turunnya beban pokok penjualan didorong oleh penurunan biaya bahan baku sebesar 18% YoY.
INDF menjadi emiten yang paling terpengaruh negatif dari sentimen pelemahan rupiah. Seperti yang kita tahu, saat ini nilai tukar rupiah masih bergerak di atas level 16.000 per dolar AS. INDF memiliki porsi utang dalam dolar AS yang cukup besar, yakni Rp42,13 triliun hingga Desember 2023 atau setara 48,91% dari total utang.
Namun, obligasi yang berstatus dolar AS tersebut merupakan utang jangka panjang yang memiliki jatuh tempo paling cepat pada tahun 2031. Jadi, tekanan rupiah yang terjadi saat ini bisa jadi momen arus balik INDF untuk menguat di masa mendatang.
Terkait dividen, hingga saat ini INDF belum memberi kisi-kisi terkait jadwal RUPST untuk pembahasan dividen. Namun, jika diperhatikan selama 5 tahun terakhir, rata-rata dividend yield INDF sekitar 4,41%.
Baca juga: Laba Bersih INDF Naik 52% Jadi Rp4,6 Triliun Selama 2023
TLKM
Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) bergerak turun 19,75% sejak awal tahun dan turun 7,31% dalam sepekan terakhir. Saat ini TLKM sedang terdiskon 27,1%, di mana P/E berada di 12,83x jika dibandingkan dengan rata-rata P/E 5 tahun di 17,61x.
Laba bersih TLKM tumbuh 18,3% YoY dari Rp20,75 triliun pada 2022 menjadi Rp24,56 triliun pada 2023. Sedangkan pendapatannya hanya tumbuh tipis 1,3% YoY dari Rp147,30 triliun menjadi Rp149,21 triliun. Ini dikarenakan tiga kontributor pendapatan terbesar naik moderat:
Layanan data, internet, dan IT (kecuali SMS) Rp87,44 triliun (+6,5% YoY)
Indihome Rp28,78 triliun (+2,7% YoY)
Jaringan dan layanan telekomunikasi lainnya Rp11,45 triliun (+5,9% YoY)
Pertumbuhan laba bersih yang lebih signifikan dibanding pendapatan ditopang oleh penurunan kerugian atas investasi yang menyusut 88,3% YoY dari Rp6,4 triliun menjadi Rp748 miliar.
Di sisi lain TLKM akhirnya mengumumkan peluncuran e-SIM, sebuah teknologi yang bertujuan untuk mempermudah pelanggan dalam mengakses layanan telekomunikasi dari gadget.
Asal tahu saja, beban penjualan SIM mencapai Rp797 miliar sepanjang tahun 2023. Sehingga dalam jangka panjang, penggunaan e-SIM berpotensi mengurangi biaya produksi, distribusi, dan pengelolaan SIM card fisik, yang pada akhirnya bisa mendorong pendapatan segmen mobile.
TLKM akan menggelar RUPST pada 3 Mei 2024 untuk membahas penggunaan laba bersih tahun buku 2023. Dalam 10 tahun terakhir, rasio pembayaran dividen TLKM terkecil adalah 60%. Jika dihitung, maka potensi dividen untuk tahun buku 2023 sebesar Rp148,8 per lembar saham dengan yield 4,6% menggunakan harga penutupan Rabu (17/04) di 3200.
Baca juga: Telkomsel Akhirnya Rilis e-SIM, Begini Dampak ke Kinerjanya
Demikian adalah deretan saham big caps dengan valuasi terdiskon. Mau tahu saham apa yang saat ini potensial untuk buy investing? Bagaimana strateginya? Pelajari di Emvestart, webinar saham untuk pemula bersama pakar saham Ms Ellen May.
GRATIS! Pakai kode promo: BLOG
Klik di sini untuk informasi selengkapnya.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.