Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?
https://emtrade.id/blog/12756/update-data-makro-inflasi-as--china-dan-ikk-indonesia-apa-implikasinya
Ketika berinvestasi dan trading saham, tentu harga saham bergerak naik turun dari waktu ke waktu mengikuti sentimen yang meliputi. Sering kali sentimen tersebut datang dari kondisi ekonomi, baik dari dalam negeri maupun global.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kita bisa perhatikan data makroekonomi yang mencerminkan kondisi ekonomi suatu negara. Sehingga investor dan trader bisa membuat keputusan yang lebih tepat di pasar saham.
Bersamaan dengan itu, terdapat rilis terbaru tiga data ekonomi yang penting untuk diperhatikan. Di antaranya adalah inflasi Amerika Serikat (AS), inflasi China, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia.
Mengapa AS dan China menjadi penting? Sebab keduanya merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Dengan begitu kondisi perekonomian di sana dapat berdampak terhadap kondisi perekonomian di Indonesia, terutama dari sisi ekspor dan impor.
Inflasi AS
Source: Trading Economics
Inflasi AS untuk periode Februari 2024 terpantau menguat dari 3,1% menjadi 3,2%. Secara umum, ketika inflasi di AS naik, The Fed berpotensi menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Kalau suku bunga di AS naik, biasanya dolar AS jadi lebih kuat dibanding mata uang lain, termasuk rupiah.
Kalau dolar kuat, investor asing yang punya investasi di pasar saham Indonesia mungkin akan jual sahamnya untuk investasi di AS yang dianggap lebih menguntungkan atau lebih aman.
Tapi, perlu diketahui dulu bahwa inflasi inti dibandingkan bulan sebelumnya, lanjut melandai dari 3,9% menjadi 3,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 3,7%.
Hal ini menunjukkan inflasi tidak naik terlalu cepat. Sehingga, pelaku pasar tampaknya tidak terlalu merespons negatif. Menurut CME FedWatch Tool 70% pelaku pasar melihat adanya peluang penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni.
Kalau suku bunga di AS mulai dipangkas, ini bisa berdampak positif ke pasar saham Indonesia. Investasi di AS menjadi kurang menarik karena imbal hasilnya lebih rendah. Akibatnya, investor asing bisa mencari tempat lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, salah satunya adalah pasar saham di negara berkembang seperti Indonesia.
Uang dari investor asing itu bisa masuk ke pasar saham Indonesia, membuat permintaan saham naik dan harga saham pun ikut naik. Ini bisa membuat pasar saham Indonesia menjadi lebih ramai dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa menguat karena banyak dolar yang ditukar ke rupiah untuk investasi.
Selain itu, ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan mengikuti langkah pemangkasan suku bunga, yang pada akhirnya bisa menguntungkan beberapa sektor.
Perbankan, karena bunga kredit akan semakin kecil dengan begitu minat debitur akan meningkat.
Properti, karena demand dari properti akan efek suku bunga yang lebih rendah.
Telekomunikasi dan teknologi, karena model bisnisnya memiliki hutang berbunga sehingga beban utangnya akan berkurang.
Baca juga: Alasan Trading dan Investasi Saham Wajib Pantau Kondisi Makroekonomi
Inflasi China
Source: Trading Economics
Kabar baik dari China yang sebelumnya mengalami deflasi, kini menjadi inflasi. Inflasi China naik 0,7% pada Februari 2024, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dan merupakan kenaikan pertama sejak Oktober 2023.
Kenaikan ini terjadi didorong oleh tingkat konsumsi yang tinggi efek liburan Tahun Baru Imlek. Pada bulan Februari, harga barang-barang naik 1,2% jika kita tidak menghitung harga makanan dan energi.
Seperti yang disebutkan, China adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Jadi ketika ekonomi China tumbuh dan tingkat konsumsi di sana tinggi, permintaan terhadap barang dan jasa dari Indonesia bisa meningkat, termasuk komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara, minyak sawit, dan barang tambang lainnya yang mungkin harganya akan naik karena permintaan dari China.
Kenaikan harga barang-barang ekspor ini bisa meningkatkan pendapatan perusahaan Indonesia yang bergerak di sektor terkait.
Baca juga: Sanksi Baru AS ke Rusia Dorong Harga Batu Bara, Emiten Mana yang Paling Diuntungkan?
IKK Indonesia
Source: Trading Economics
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2024 turun menjadi 123,1 dari 125 di bulan sebelumnya, menunjukkan penurunan keyakinan. Meski begitu, IKK yang angkanya di atas 100, menandakan optimisme masih ada. Sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar ke pasar saham.
Namun, penting untuk mengawasi tren ini karena jika ada perubahan perilaku konsumen yang lebih luas, bisa berdampak ke pasar saham secara signifikan. Beberapa contoh sektor yang terdampak dari naik turunnya tingkat konsumsi masyarakat adalah ritel, consumer goods, otomotif, dan properti.
Baca juga: Daftar Sektor Saham Berpotensi Cuan di Bulan Ramadan
Demikian adalah update data makro yang berasal dari AS, China, dan juga Indonesia. Lantas, bagaimana strategi trading di tengah kondisi ini? Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/12756/update-data-makro-inflasi-as--china-dan-ikk-indonesia-apa-implikasinya
Gaji Dipotong Tapera, Apa dan Gimana Dampaknya?
BBRI Masih Nyaman di Level 4000-an, Apa yang Mesti Dilakukan Holder?
Harga Nikel Cetak Rekor, Sahamnya Menyala
Rupiah Ambruk ke Level Terendah Empat Tahun, Begini Korelasinya ke IHSG Secara Historis
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial