Menimbang Plus-Minus Rencana Merger BTN Syariah dan BRIS

Rencana merger antara Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah dengan Bank Syariah Indonesia (BRIS) sudah santer terdengar sejak pertengahan tahun lalu. Memasuki kuartal kedua 2023, aksi tersebut kian nyata setelah sinyal dari Menteri BUMN Erick Tohir yang bilang merger bakal rampung pada akhir tahun 2023.

Merger dilakukan dengan tujuan memperluas akses masyarakat terutama generasi milenial terhadap KPR baik konvensional maupun syariah. Ini mengacu pada data kebutuhan perumahan bagi milenial sebanyak 81 juta, yang artinya 81 juta milenial belum mempunyai rumah. Sehingga pada akhirnya dapat membantu mengembangkan pasar syariah di sektor properti.

Selain itu sektor properti BTN Syariah akan mengalami penguatan dalam hal pembiayaan dari BRIS karena sumber dana yang tersedia dari bank tersebut. Namun, terdapat risiko pada aset induk BTN Syariah, yaitu Bank Tabungan Negara (BBTN). Risiko ini dapat menyebabkan kekurangan aset bagi BBTN dan berdampak negatif terhadap kemampuan BBTN dalam membiayai perumahan.

Yang pasti ketika merger terealisasi, fundamental BBTN akan ikut terpengaruh. Hal ini dikarenakan BBTN harus melepaskan unit usaha syariahnya. 

Nah, potensi pemisahan antara BTN Syariah dan BBTN dapat membuat para investor khawatir akan penurunan NIM (Net Interest Margin) dan memengaruhi biaya kredit BBTN. Semakin kecil NIM, artinya tingkat profitabilitas bank semakin berkurang.

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.