Pada umumnya, setiap perusahaan pasti memiliki komponen beban atau biaya operasional yang biasanya akan dikorbankan untuk meraih pendapatan atau penjualan dalam beroperasi. Beban-beban ini tentunya memiliki andil untuk membantu tercapainya target penjualan perusahaan yang sebelumnya telah disepakati oleh manajemen. Karena bagaimanapun, tanpa beban yang siap dikorbankan, maka mustahil perusahaan dapat mencatatkan pendapatan berkelanjutan kedepannya.
Beban operasional perusahaan secara singkat terdiri atas dua macam komponen, diantaranya adalah : 1) Beban Pemasaran dan Penjualan dan, 2) Beban Umum dan Administrasi.
Beban Pemasaran dan Penjualan merupakan komponen beban yang berisi segala macam biaya yang berkaitan langsung dengan penjualan. Beban-beban ini terdiri dari beban iklan dan riset pasar, beban distribusi, promosi, sewa, dan lainnya. Sementara itu, beban Umum dan Administrasi adalah komponen beban yang berisi berbagai jenis biaya pendukung dari beban penjualan. Beban umum dan administrasi biasanya terdiri dari beban karyawan, beban konsultan, dan lainnya.
Beban operasional, seperti yang dijelaskan sebelumnya, memang merupakan keharusan bagi perusahaan untuk dapat meraih penjualan atau pendapatan. Namun, pengeluaran beban operasional yang tidak wajar (alias melebihi laba perusahaan) merupakan hal yang paling dihindari oleh manajemen hingga investor. Ibarat lebih besar pasak daripada tiang, tingginya beban operasional perusahaan dibandingkan labanya akan berujung pada meruginya kinerja suatu perusahaan.
Nantinya, laba kotor yang merupakan pengurangan dari penjualan dengan beban produksi akan terdilusi setelah dipotong oleh komponen beban operasional (beban pemasaran dan penjualan + beban umum dan administrasi). Hasil dari selisih pengurangan ini akan menghasilkan laba operasional atau earnings before income tax (EBIT).
Gambar 3: Laba Bruto (merah) akan menghasilkan laba usaha (kuning) setelah dikurangi oleh beban operasional (hijau)
Berapa komponen beban operasional yang ideal bagi perusahaan?
Menurut Investopedia, rasio beban operasional (Operating Expense Ratio/OER) yang ideal seharusnya berkisar di 60%-80% dari pendapatan/penjualan. Bahkan, semakin rendah rasio OPR maka akan semakin baik bagi perusahaan dan untuk memaksimalkan keuntungan laba final.
Sebagai contoh, mari kita analisis OER PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada kinerja sembilan bulan pertama tahun 2022 (9M22). Berdasarkan laporan keuangan UNVR, total beban operasional yang tercatat (Beban pemasaran dan Penjualan+Beban Umum dan Administrasi) mencapai Rp8.92 Triliun. Dengan total penjualan UNVR mencapai Rp31,5 triliun, maka OER UNVR adalah 28,3% saja. Sesuai dengan kaidah OER sebelumnya, maka UNVR dinilai memiliki tingkat OER yang efisien.
Hal yang berbeda terjadi pada PT. Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang hingga 9M22 mencatatkan kerugian sebesar Rp20.9 triliun. Jika ditelisik lebih dalam, tingginya rasio OER atau mencapai 249% membuat GOTO harus menelan kerugian yang lebih besar dibanding dengan kinerja tahun sebelumnya yang merugi Rp12,2 triliun. Maka dari itu, GOTO dinilai perusahaan dengan tingkat OER yang dinilai kurang efisien.
Implikasi dari Beban yang tidak wajar
Seperti yang telah dicontoh sebelumnya, rasio OER yang tidak wajar memiliki dampak yang signifikan terhadap laba bersih suatu perusahaan. Apabila rasio OER lebih tinggi - seperti yang terjadi pada GOTO di contoh sebelumnya, maka sangat tidak mungkin bagi perusahaan untuk membukukan keuntungan bagi pemegang saham.
Disisi lain, perusahaan dengan OER yang lebih rendah akan memberikan apresiasi pada tingkat margin perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba perusahaan, maka akan semakin menarik bagi investor untuk turut berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Demikianlah penjelasan terkait beban operasional dan analisisnya yang perlu investor pahami.
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-WS-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
Artikel Lainnya
Video Populer