Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

10 Saham Big Caps Manufaktur, Ada Siapa Saja?

8 Nov 2022, 16:03 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Meskipun saat ini ada isu perlambatan ekonomi, sektor manufaktur digadang-gadang mampu menahan Indonesia dari resesi. Hal ini lantaran manufaktur terus berekspansi dalam 13 bulan beruntun dari kondisi demand yang kuat. Apalagi kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) berdasarkan lapangan usaha merupakan yang terbesar mencapai 20%.

Di bawah ini adalah daftar saham manufaktur yang masuk ke dalam top 10 big caps beserta hasil rilis kinerja terbarunya.

Apa itu Sektor Manufaktur?

Sektor manufaktur adalah sektor bisnis yang meliputi perusahaan penghasil barang jadi atau setengah jadi dari bahan baku mentah. Proses produksinya menggunakan metode kimia dan fisika serta melibatkan penggunaan alat, mesin produksi besar, dan tenaga kerja dalam satu medium. Nantinya hasil produksi akan dijual kepada konsumen melalui jaringan mitra distribusi dari grosir hingga ke tingkat eceran.

Di banyak negara termasuk Indonesia, sektor manufaktur sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Alasannya karena produksi dilakukan dalam skala yang besar, sehingga membutuhkan lapangan kerja yang juga besar.

Baca juga: Cara Mengetahui Rotasi Sektoral di Pasar Saham

Sektor dan Sub Sektor Manufaktur

Sektor industri dasar dan kimia:

  • Sub sektor semen

  • Sub sektor logam dan sejenisnya

  • Sub sektor keramik porselin dan kaca

  • Sub sektor kimia

  • Sub sektor pakan ternak

  • Sub sektor plastik dan kemasan

  • Sub sektor kayu dan pengolahannya

  • Sub sektor pulp dan kertas

Sektor industri barang konsumsi:

  • Sub sektor industri makanan dan minuman

  • Sub sektor rokok

  • Sub sektor farmasi

  • Sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga

  • ub sektor peralatan rumah tangga

Sektor industri aneka

  • Sub sektor mesin dan alat berat

  • Sub sektor otomotif dan komponen

  • Sub sektor tekstil dan garment

  • Sub sektor alas kaki

  • Sub sektor kabel

  • Sub sektor elektronika

10 Saham Big Caps Manufaktur

ASII (Rp261,12 triliun)

Perusahaan konglomerasi ASII mengalami kenaikan sebesar 56% secara tahunan pada laba bersih kuartal III-2023 menjadi Rp23,3 triliun dari sebelumnya Rp14,97 triliun. Hal ini sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 32,22% menjadi Rp221,35 triliun dari sebelumnya Rp167,4 triliun.


Profitabilitas ASII solid lantaran adanya keuntungan nilai wajar dari investasi di PT Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Rp1,08 triliun. Tanpa memperhitungkan nilai investasi tersebut, laba bersih perusahaan tumbuh 46% menjadi Rp22,2 triliun. Segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, serta segmen otomotif berkontribusi 70% dari perolehan laba bersih, masing-masing naik 105% dan 23% menjadi Rp9,53 triliun dan Rp6,79 triliun.


Baca juga: Laba ASII Naik 55%, Ini Alasannya

TPIA (Rp199,84 triliun)

Hingga september 2022, TPIA mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$1,94 miliar atau setara Rp30,36 triliun. Angka ini naik tipis 3,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$1,88 miliar.


Meski begitu, perseroan mencatatkan rugi bersih setelah pajak yang mencapai US$111,1 juta atau setara Rp1,73 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$166,7 juta. Tantangan eksternal yang dihadapi selama 9 bulan terakhir disebabkan oleh harga minyak yang tinggi akibat perang Rusia-Ukrain dan permintaan yang rendah dari China karena lockdown diberlakukan kembali.

UNVR (Rp175,49 triliun)

Emiten yang masuk ke dalam sektor industri barang konsumsi ini melapirkan kenaikan 5,3% pada laba bersih kuartal III/2022 sebesar Rp4,61 trilun dari periode sama tahun lalu yang hanya Rp4,37 triliun. Hingga bulan September 2022, UNVR mengakumulasi penjualan Rp31,53 triliun atau naik 5,0% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rp30,02 triliun.


Kontribusi terbesar berasal dari segmen rumah tangga dan perawatan tubuh sebesar Rp20,83 triliun, naik 3,91% dari sebelumnya Rp20,05 triliun. Kemudian diikuti segmen makanan dan minuman dengan total penjualan Rp10,70 triliun atau tumbuh 7,27% dari sebelumnya Rp9,97 triliun.


Baca juga: Laba Bersih UNVR Kuartal III/2022 Tertekan, Begini Penyebabnya

UNTR (Rp116,38 triliun)

Emiten grup Astra yang masuk ke dalam sub sektor mesin dan alat berat ini menunjukkan kinerja yang mentereng di kuartal III/2022. UNTR membukukan laba bersih 15,9 triliun, naik 103% dari Rp7,8 trilun di kuartal III/2021. Pendapatannya juga naik 58% menjadi Rp91,5 trilun dari sebelumnya Rp57,82 triliun.


Masing-masing unit usaha yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas, dan industri konstruksi secara berturut-turut berkontribusi terhadap pendapatan sebesar 30%, 36% 27%, 6% dan 1%.

ICBP (Rp114 triliun)

Pada semester I/2022 ICBP membukukan penurunan laba bersih 40,1% menjadi Rp1,9 triliun. Padahal secara tahunan penjualan tumbuh 15,6% menjadi Rp32,6 triliun. Hal ini lantaran ICBP menghadapi forex loss dari aktivitas pendanaan di mana 95% total utang ICBP pada semester I/2022 berada dalam mata uang asing.

HMSP (Rp107,59 triliun)

HMSP yang masuk ke dalam sub sektor rokok mengalami penurunan kinerja secara bottom line hingga September 2022. Laba bersih merosot 11,71% dari Rp5,55 trilun di kuartal III/2021 menjadi Rp4,90 triliun. Cukai rokok menambah beban produksi. Terlebih lagi 70% beban produksi HMSP merupakan komponen pita cukai.


Namun, penjualan meningkat 15% dari sebelumnya Rp72,51 trilun menjadi Rp833,39 trilun.


Baca juga: Cukai Rokok Naik 10% Tahun Depan, Begini Prospek Saham Rokok


CPIN (Rp96,75 triliun)

Pada periode kuartal III/2022, CPIN membukukan laba bersih sebesar Rp3,18 triliun, naik 19,05% dari periode sama tahun 2021 Rp2,67 triliun. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pendapatan yang naik 15,54% dari Rp37,59 trilun menjadi Rp43,43 triliun.

Penjualan CPIN mayoritas ditopang oleh penjualan ayam pedaging yang menyumbang Rp24,18 triliun atau naik 27,18 persen dibandingkan dengan Rp19,01 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.


Baca juga: Histori Pergerakan Saham Big Caps di Bulan Desember, Cocok untuk Window Dressing?

BRPT (Rp76,40 triliun)

Laba bersih BRPT turun 87% pada kuartal III/2022 menjadi US$39 juta atau setara Rp613,7 miliar jika dibandingkan periode sama tahun lalu US$272 juta. Sedangkan pendapatannya hanya naik 3% dari posisi US$2,313 miliar menjadi US$ 2,337 miliar atau setara Rp36,7 triliun.


Penurunan disebabkan oleh berlanjutnya ketidakstabilan geopolitik dan kebijakan Covid-19 yang ketat di China. Tekanan pada margin petrokimia terjadi akibat meningkatnya harga bahan baku yang tidak diikuti dengan kenaikan sebanding harga produk petrokimia. 

INKP (Rp55,80 triliun)

Laba bersih INKP periode semester I/2022 naik 39,72% secara tahunan dari US$282,9 juta menjadi US$397,27 juta. Pertumbuhan sejalan dengan pendapatan sebesar US$1,94 miliar, naik 19,29% dari periode sama tahun lalu US$1,63 triliun.


Pendapatan dari sisi pasar lokal tumbuh 25,81% menjadi US$910,84 juta. Sedangkan segmen pasar ekspor tumbuh 14,06% menjadi US$1,03 miliar.

GGRM (Rp42,76 triliun)

Per September 2022, laba bersih GGRM merosot 63,92% secara tahunan dari periode sama tahun lalu Rp4,13 triliun menjadi Rp1,49 triliun. Pendapatan perseroan tumbuh tipis 1,99% menjadi Rp93,91 triliun dari sebelumnya Rp92,07 triliun.


Sigaret kretek mesin memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan dengan menyumbang Rp86,01 triliun. Disusul oleh sigaret kretek tangan sebesar Rp6,56 triliun. 


Baca juga: Bedah Sektor Perbankan, Lebih Menarik Konvensional atau Digital?

Saham manufaktur mana yang potensial? Penasaran kan? Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Pemilu di Depan Mata, Ini Deretan Emiten yang Terafiliasi Masing-Masing Paslon

13 Feb 2024, 12:11 WIB
article
ArtikelInsight

Daftar Saham MNC Group yang Terdaftar di BEI, Ada yang Menarik?

17 Jan 2024, 12:55 WIB
article
ArtikelInsight

GGRM Berpotensi Bagi Dividen Jumbo, Gimana Prospek Kinerja Keuangannya?

20 Okt 2023, 15:24 WIB
article
ArtikelInsight

Kenapa Saham GOTO All Time Low di Tengah Penutupan TikTok Shop?

18 Okt 2023, 16:01 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi