Average down merupakan salah satu strategi manajemen risiko yang bisa digunakan saat harga saham turun. Biasanya untuk saham-saham yang disimpan dalam jangka panjang.
Cara kerjanya adalah dengan membeli saham di harga yang lebih rendah guna menambah porsi yang ada di portofolio. Dengan begitu rata-rata harga beli akan ikut turun dan investor bisa keluar dari posisi rugi dengan mudah karena selisihnya semakin kecil.
Nah, berbicara tentang average down, salah satu Emtraders pernah ada yang bertanya, berapa sih persentase kerugian yang ideal untuk melakukan average down? Jika kamu penasaran dengan jawabannya, yuk simak artikel ini sampai selesai, ya!
Pertimbangkan Dulu Faktor Fundamental
Perlu dicatat bahwa tidak semua saham layak untuk average down. Hal penting yang harus dipertimbangkan adalah kondisi fundamental perusahaan. Jika model bisnis, cash flow, dan profitabilitas perusahaan masih berpotensi terganggu ke depannya, maka sebaiknya hindari untuk average down.
Sebab dengan begitu sahamnya masih akan sulit diapresiasi oleh pelaku pasar. Sehingga ada kemungkinan harga saham akan tetap bergerak ke bawah mengingat sepinya permintaan di pasar. Dengan kondisi seperti ini, melakukan average down justru menambah risiko dan bukannya memitigasi risiko.
Maka yang bisa dilakukan adalah kurangi posisi apabila ada kenaikan. Sebaliknya, apabila fundamental perusahaan masih cukup solid, boleh pertimbangkan untuk average down karena dalam jangka panjang ada potensi sahamnya akan kembali diapresiasi.
Baca juga: Cara Menghitung Average Down Supaya Risiko Terjaga
Perhatikan Porsi Saham dari Total Modal
Hal penting kedua yang harus diperhatikan adalah porsi saham dari total modal (yang posisinya masih kas ditambah yang sudah berupa saham). Apakah masih kecil atau ternyata besar bahkan sampai mendominasi keseluruhan portofolio?
Jangan sampai komposisi saham yang mau kamu average down sudah cukup besar. Soalnya, kalau dibeli lagi, justru akan semakin menambah risiko portofilio. Misalnya, fundamental dari saham A jelek tapi porsi di portofolio mencapai 25% dari modal, yang artinya sudah termasuk besar. Dalam kondisi ini maka sebaiknya jangan lakukan average down.
Lalu saham apa yang masih boleh tambah porsi? Saham yang fundamentalnya bagus dengan porsi yang dimiliki baru sebagian dari modal yang dialokasikan untuk saham tersebut. Sebagai contoh, punya modal Rp1 miliar dengan alokasi saham BBNI 20% sebesar Rp200 juta. Tetapi yang sudah dipakai untuk beli BBNI baru Rp50 juta, sisanya masih dalam bentuk cash. Jika sahamnya turun, maka boleh beli lagi di bawah.
Belinya bertahap bisa Rp50 juta atau Rp25 juta dulu tergantung kenyamanan masing-masing orang. Namun apabila sudah punya BBNI Rp200 juta atau bahkan lebih, sebaiknya jangan average down.
Baca juga: Tips Menghadapi Risiko di Pasar Saham
Average Down Bukan Berdasarkan Persentase Kerugian
Kalau fundamental bagus dan porsinya masih kecil, cara entry average down bukan berdasarkan pesentase floating loss, melainkan posisinya secara teknikal. Caranya dengan mencari area support kuat atau pembalikan arah (bullish reversal) untuk tambah beli.
Jika suatu level harga dinyatakan sebagai support kuat, berarti level tersebut akan sulit tertembus. Sehingga biasanya akan diuji beberapa kali dan muncul adanya rejection (penolakan). Ketika memantul, berpotensi menyebabkan pantulan harga naik yang sangat tinggi. Dengan begitu bisa dimanfaatkan untuk average down.
Bagaimana cara mengetahui support kuat? Baca artikel di bawah ini.
Baca juga: Cara Mengetahui Support dan Resisten Terkuat Agar Trading Optimal
Untuk melakukan manajemen risiko saham, kamu perlu pelajari strateginya yang tepat. Di Emtrade, kamu bakal dibimbing oleh Coach yang berpengalaman agar semakin siap menghadapi risiko kerugian di market.
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.