﻿﻿﻿﻿Pesona Saham Teknologi<o:p></o:p>

Agustus 2021, pada masa puncak pandemi COVID-19 di
Indonesia yang masih belum ada titik terang, saham-saham old economy sama
sekali tak dilirik oleh investor besar. Namun, saham-saham teknologilah yang
menjadi primadona, dari DMMX, DCII, BBYB dan masih banyak lagi saham teknologi
yang meroket gila-gilaan. Hal ini membuat citra saham teknologi menjadi semakin
mempesona.<o:p></o:p>

Di saat yang sama, melantailah perusahaan teknologi
e-commerce pertama di Indonesia yaitu Bukalapak. Meski banyak kontroversi
mengenai analisis fundamentalnya, di mana valuasi saham BUKA terbilang cukup
mahal, namun tidak sedikit analis yang optimis karena BUKA merupakan perusahaan
yang bertumbuh / growing company, yang seharusnya memang analisisnya fokus pada
growth, bukan pada valuasi.<o:p></o:p>

Hmm… masuk akal juga.<o:p></o:p>

Apalagi, waktu itu ketika IPO sempat oversubscribe 8,7 kali
dari 25,8 miliar lembar yang dijual ke publik. Bahkan, investor retail sulit
sekali mendapatkan saham BUKA ini.<o:p></o:p>

Kekhawatiran akan exitnya investor terdahulu di BUKA pun
diredam karena katanya, pemegang saham awal di lock 8 bulan sehingga baru bisa
berdagang pada April 2022.<o:p></o:p>

Persepsi yang terbentuk saat itu adalah, demand jauh lebih
besar daripada supply.<o:p></o:p>

Plus, 2 hari perdagangan pertama, BUKA meroket hingga kena
batas auto reject atas, naik 24% dua kali berturut-turut.<o:p></o:p>

Berbekal dari analisis supply &amp; demand tersebut, maka
kita pun sempat beli saham BUKA.<o:p></o:p>

<o:p>&nbsp;</o:p>

Investor Asing Buy On Weakness<o:p></o:p>

Ternyata, semua persepsi indah itu, terhapus hanya dalam
waktu 2 hari sejak BUKA melantai di bursa. Euphoria, berubah menjadi ketakutan
seketika saham BUKA rontok dari level Auto Reject Atas dan justru berbalik jadi
Auto Reject Bawah. <o:p></o:p>

Kita pun menanti teknikal rebound, jika ada perubahan candle
hijau, seperti biasanya muncul pada saham lain, akan terjadi pantulan,
sehingga, bisa digunakan untuk mengurangi posisi. <o:p></o:p>

Sempat turun hingga level 776 pada 19 Agustus 2021, saham
BUKA hanya sempat menanjak sampai level 976 pada 1 September 2021. <o:p></o:p>

Di saat yang sama, meski saham BUKA sulit menanjak, kita
melihat investor asing masih terus borong dan melakukan net buy. Sementara itu,
grafik yang terbentuk masih sideways. Mungkin saja big investor sedang
melakukan buy back setelah jualan di Agustus.<o:p></o:p>

Lagipula, waktu itu terhembus rumor bahwa ada kemungkinan
besar bahwa BUKA akan masuk ke LQ45 dan MSCI index.&nbsp;<o:p></o:p>BUKA emang masuk LQ45, tapi doi ga jadi masuk MSCI.

<o:p>&nbsp;</o:p>

Kalau demand membesar, kemungkinan besar harga juga akan
menguat.<o:p></o:p>

Oke lah, mari kita tunggu. <o:p></o:p>

Investor Besar Balik Badan. Kenapa?<o:p></o:p>

Harapan akan berakhirnya masa akumulasi dengan terjadinya
breakout dari masa sideways pun sirna, ketika masa sideways justru diakhiri
dengan breakdown. <o:p></o:p>

Alih-alih borongin terus saham BUKA, big fund kita lihat
justru terus buang barang.<o:p></o:p>

Kenapa?<o:p></o:p>

Mengapa balik badan? Kenapa buang barang?<o:p></o:p>

Selain karena result laporan kuartal 2 nya tidak begitu
memuaskan, BUKA nggak jadi masuk MSCI. Isu tapering mereda.
Kekuatiran akan pandemi pun mulai sirna.<o:p></o:p>

Juga, usut punya usut, investor besar / big fund melihat
bahwa valuasi BUKA kemahalan.<o:p></o:p>

Informasi yang kita peroleh dari Telimer Research, saham
BUKA dinilai kemahalan, setidaknya karena beberapa alasan berikut ini:1.&nbsp;Pasar E-commerce di ASEAN terus berkembang.
Namun Bukalapak sebagai pemain awal e-commerce di Indonesia dianggap akan
terkikis dan kalah bersaing bila dibandingkan dengan GoTo dan SEA Ltd (Shopee),
di mana BUKA saat ini hanya menmiliki 7% pangsa pasar. Hal ini mengingatkan
mereka akan Amazon pada 1999 yang melibas Buy.com dan iMall yang menjadi pemain
incumbent.2.&nbsp;Bukalapak, oleh Tellimer Research, dianggap
tidak memiliki lini bisnis pendukung, yaitu logistik, ride-hailing atau layanan
finansial digital. Lagi-lagi, dibandingkan dengan GoTo, yang punya e-commerce,
ride-hailing, dan juga digital financial services.3.&nbsp;Bukalapak dianggap memiliki permodalan yang
lebih kecil dibandingkan GoTo dan Sea Ltd, di mana Sea Ltd memiliki permodalan
US$2bn dan US$4.7 bn, dibandingkan dengan Bukalapak yang memiliki permodalan
US$1.6bn.4.&nbsp;Bukalapak masih belum bisa cuan, dan terus
membakar cash, demikian kata analis Tellimer Research. Dengan asumsi FCF losses
akan naik di FY 21-23 karena biaya yang besar.5.&nbsp;Bukalapak tergantung dengan third-party sales,
memiliki infrastruktur logistic yang terbatas dan penjualan third party nya 76%
dari bisnis e-commerce. Dana IPO yang sebenarnya tidak digunakan untuk
membangun pengambangan infrastruktur logistic, namun digunakan untuk operating
expense seperti sales dan marketing. Hal ini menjadi kurang menarik di mata
investor &amp; analis dari investor besar. <o:p></o:p>

Lhooo… Kok nggak dari dulu lho, bilang begitu? <o:p></o:p>

Bukannya dari awal juga sudah tau kalo mahal? Kenapa dulu
semua euphoria? Kenapa dulu riset yang muncul pada optimis?<o:p></o:p>

Karena analisis bisa berubah seiring dengan perubahan data
dan informasi serta persepsi yang terbentuk. Para investor besar itu sudah
mulai rasional dan kembali ke prinsip analisis old economy karena pandemi
membaik dan isu tapering sudah terdiskon.<o:p></o:p>

Hmm… kita sebagai investor retail, jadi mesti gimana dong?<o:p></o:p>

Sebagai investor retail kita sebenarnya cuma perlu 1.
Mendeteksi supply &amp; demand. Kenapa? Ya karena itu yang menentukan harga
bakal naik / turun.<o:p></o:p>

Namun, menilai supply &amp; demand dari story / sentimen,
ternyata tidak memberikan kita arah yang jelas.<o:p></o:p>

Jadi gimana dong?<o:p></o:p>

<o:p>&nbsp;</o:p>

Pelajaran Penting dari Saham BUKA<o:p></o:p>

Sebelum kita belajar hal penting dari BUKA, we are truly
sorry, sangat berempati dengan apa yang terjadi saat ini, terutama bagi retail
investor, investor kecil pejuang cuan.<o:p></o:p>

Namun, kita harus move on dan tetap objektif.<o:p></o:p>

Beberapa hal yang bisa kita jadikan evaluasi ke depan adalah
:1.&nbsp;Jangan beli saham IPO, sebelum chartnya
terbentuk dan menjadi peta dan memberi arah untuk kita berlayar.2.&nbsp;Fokus analisis teknikal lebih daripada story,
karena story bisa berubah, bisa pula dimanipulasi kadang-, dan story bukan action. Yang menentukan naik / turunnya harga saham adalah action beli jual yang
dilakukan oleh investor.3.&nbsp;Kalaupun penasaran banget, belinya jangan pakai
emosi. Boleh lah beli sedikit dengan prinsip ngetes, dengan porsi beli tidak
lebih dari 10% dari total portfolio. Kalau ARB nggak sakit hati, kalau naik
juga tetap bisa menikmati.<o:p></o:p>

<o:p>&nbsp;</o:p>

Pasar saham sangat dinamis, kehadiran emiten teknologi
unicorn, memberi warna baru. Meskipun diawali dengan warna merah merona. Namun
belum tentu, prospek emiten teknologi ke depan akan serupa, mengikuti jejak
Bukalapak.<o:p></o:p>

Tetap open minded, dan objektif. Ingat 3 prinsip di atas,
supaya bisa menikmati cuan, dan melindungi modal. <o:p></o:p>

Kalau kita nggak mencoba, ngga akan pernah tau juga, nggak
aka nada progress kalau takut melangkah. Kalau kita mencoba, coba dengan risiko
terukur. <o:p></o:p>

 Start small, jangan all in, stay safe &amp; enjoy.<o:p></o:p>

Ellen May <div style="text-align: justify;"><a href="http://emtrade.id/disclaimer" target="_blank">emtrade.id/disclaimer</a></div>

Bukalapak. Why?

Saham Bukalapak terus turun tanpa henti membuat investor bingung. Kira-kira ada apa? dan apa pelajaran yang bisa dipetik dari sini?

Ada Apa dengan Saham Bukalapak?

Investasi Saham BBRI Sekarang, Kenapa Harus Punya?

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. 

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. Klik dan tonton videonya sampai selesai ya!

Fee Sekuritas Beli Jual Saham, Mana yang Murah?

Mau mulai investasi saham? Sekuritas mana yang menawarkan fee murah? Temukan jawabannya di video ini!

Battle sekuritas saham di Indonesia, mana yang murah?

Cara Pilih Sekuritas Saham Terbaik

Fee Sekuritas Saham, Mana Paling Murah?

Siap terjun ke dunia saham? Sebelum serbu beli saham, kamu harus tau dulu dong gimana caranya pilih sekuritas yang oke punya. Perusahaan sekuritas itu kayak gatekeeper-mu ke pasar saham. Gimana cara pilihnya? Tonton di sini!

Scalping, Swing Trading, Super Trader: Mana yang Terbaik?

Strategi scapling, swing trading dan super trader, kapan sih timing yang pas buat pakai ketiganya dalam saham?

Cara Scalping Saham, Swing dan Super Trader yang Benar dan Kapan Waktu Terbaiknya?

﻿﻿Pilih scalping saham, swing trading atau super trader.&nbsp; Mau ganti strategi trading tapi nggak tau timing-nya? Bosen dengan pilihan saham yang itu-itu aja?Di video kali ini, Ms. Ellen May, Found...