Pada 17 April 2025, Gedung Putih mengumumkan sebuah kebijakan yang makin memanaskan persaingan ekonomi antara dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan China. Salah satu isi pengumuman tersebut adalah kenaikan tarif impor China yang mencapai 245%. Keputusan ini diambil sebagai respons atas kebijakan balasan yang terus dilakukan China terhadap AS.&nbsp;
Dengan meningkatnya tarif ini, dampaknya jelas terasa di sektor perdagangan kedua negara. Ekspor China ke AS akan semakin sulit, sementara defisit perdagangan AS dengan China semakin melebar. Jadi, siapa yang akan lebih kuat menghadapi dampak perang dagang ini?&nbsp;
<h2 dir="ltr">Perbandingan Ekonomi AS dan China Saat Ini</h2>
<table style="width: 89.6641%; border-collapse: collapse; border-color: #000000; border-style: solid;" border="1"><colgroup><col width="244" style="width: 39.2757%;"><col width="191" style="width: 30.7445%;"><col width="186" style="width: 29.9396%;"></colgroup>
<tbody>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Indikator
</td>
<td style="border-color: #000000;">
China (Q1 2025)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
Amerika Serikat (Q1 2025)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Pertumbuhan PDB
</td>
<td style="border-color: #000000;">
+5,4% (YoY)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
-1% (Annualized, estimasi)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Inflasi (Maret 2025)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
-0,1% (Deflasi)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
+2,4% (YoY)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Tingkat Pengangguran (Maret 2025)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
5,3%
</td>
<td style="border-color: #000000;">
4,2%
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Neraca Perdagangan
</td>
<td style="border-color: #000000;">
Surplus ~US$76,6 miliar (Q1)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
Defisit ~US$370 miliar (Q1)
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Source: Reuters, Fortune
Pada kuartal pertama 2025, China mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat baik dengan PDB tumbuh sebesar 5,4% (YoY), sementara Amerika Serikat justru mengalami kontraksi dengan estimasi PDB minus sekitar -1%. Ini menunjukkan China lebih unggul dalam hal pertumbuhan ekonomi.&nbsp;
Selain itu, China juga mengalami deflasi ringan (-0,1%) dibandingkan dengan AS yang inflasinya berada di +2,4% (melandai dibanding sebelumnya di (+2,8%). Begitu juga dengan neraca perdagangan, China tercatat menikmati surplus sebesar US$76,6 miliar, sedangkan AS mengalami defisit perdagangan mencapai US$370 miliar.
Dari data ini jelas terlihat bahwa China lebih unggul dalam hal pertumbuhan ekonomi dan neraca perdagangan. Jadi, meskipun AS adalah ekonomi terbesar di dunia, saat ini China lebih kuat dalam beberapa aspek utama. Namun, situasi ini bisa berubah seiring dengan berlanjutnya perang dagang.
<h2 dir="ltr">Dampak Perang Dagang Terhadap Ekspor China</h2>
Perang dagang AS-China, yang kembali memanas pada 2025, diprediksi akan membuat ekspor China mengalami penurunan tajam. Capital Economics memperkirakan ekspor China ke AS akan turun hingga 10% pada 2025, dalam bentuk dolar AS.&nbsp;
Mengapa bisa demikian? Kenaikan tarif yang dikenakan AS menyebabkan barang-barang dari China menjadi lebih mahal, sehingga kurang kompetitif di pasar global, terutama di AS. Ketika harga barang China naik, pembeli di negara lain, khususnya AS, menjadi enggan membeli, sehingga permintaan untuk produk China menurun.
Penurunan ekspor ini berpotensi menurunkan pendapatan negara karena lebih sedikit dolar yang masuk ke China. Selain itu, penurunan ekspor juga akan mempengaruhi cadangan devisa China, yang membuat negara ini lebih rentan terhadap krisis moneter dan memperburuk depresiasi mata uang mereka.
<h2 dir="ltr">Dampak pada Ekonomi AS</h2>
Pelemahan ekspor China langsung berdampak pada ekonomi AS, karena banyak sektor di AS yang bergantung pada impor dari China, seperti elektronik, teknologi, otomotif, dan barang konsumen. Ketika barang-barang China lebih mahal, sektor-sektor ini akan terganggu.&nbsp;
Selain itu, biaya produksi di AS akan meningkat karena banyak perusahaan yang biasanya membeli bahan baku dari China harus menghadapi biaya yang lebih tinggi. Akibatnya, harga barang di AS bisa naik, dan konsumen akan terbebani dengan harga yang lebih tinggi, yang pada gilirannya menurunkan daya beli mereka.
<h2 dir="ltr">Proyeksi Ekonomi 2025&ndash;2026: Siapa yang Lebih Tangguh?</h2>
<table style="width: 84.8174%; border-collapse: collapse; border-color: #000000;" border="1"><colgroup><col style="width: 53.8157%;"><col style="width: 20.6983%;"><col style="width: 25.8729%;"></colgroup>
<tbody>
<tr>
<td style="border-color: #000000;"></td>
<td style="border-color: #000000;">
AS
</td>
<td style="border-color: #000000;">
China
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
2024 (aktual)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
2,5%
</td>
<td style="border-color: #000000;">
5,2%
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
2025
</td>
<td style="border-color: #000000;">
0,1%
</td>
<td style="border-color: #000000;">
3,97%
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
2026
</td>
<td style="border-color: #000000;">
1,2%
</td>
<td style="border-color: #000000;">
3,68%
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Source: Berbagai sumber diolah
Melihat ke depan, proyeksi ekonomi China dan AS di 2025 dan 2026 menunjukkan bahwa meskipun China lebih cepat tumbuh, AS lebih tahan banting. Proyeksi pertumbuhan untuk China pada 2025 diperkirakan hanya 3,97%, sementara AS akan mengalami sedikit pemulihan dengan pertumbuhan sekitar 1,2% pada 2026.&nbsp;
Meski AS lebih lambat, mereka tetap memiliki keunggulan dalam hal stabilitas ekonomi dan ketahanan terhadap gejolak global. Sementara itu, China mungkin akan lebih tertekan akibat tarif tinggi, namun dengan kebijakan stimulus yang besar, China berusaha untuk mengurangi dampaknya.
Untuk kita sebagai investor, kondisi ini membuka peluang dan tantangan. Kondisi global yang tidak pasti memerlukan strategi investasi yang fleksibel dan siap menghadapi ketidakpastian. Mau belajar lebih lanjut tentang strategi investasi yang bisa bertahan di tengah perang dagang? Pelajari lebih dalam di Emvestart, webinar saham untuk pemula bersama pakar saham Ms Ellen May.
<a href="http://emvest.id/blog" style="background-color: #f1c40f;">Klik di sini untuk daftar dan informasi selengkapnya</a>

sentimen market

AS vs China: Siapa yang Lebih Kuat Menghadapi Tarif Impor? 

Pada 17 April 2025, Gedung Putih mengumumkan sebuah kebijakan yang makin memanaskan persaingan ekonomi antara dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan China. 

Investasi Saham BBRI Sekarang, Kenapa Harus Punya?

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. 

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. Klik dan tonton videonya sampai selesai ya!

Fee Sekuritas Beli Jual Saham, Mana yang Murah?

Mau mulai investasi saham? Sekuritas mana yang menawarkan fee murah? Temukan jawabannya di video ini!

Battle sekuritas saham di Indonesia, mana yang murah?

Cara Pilih Sekuritas Saham Terbaik

Fee Sekuritas Saham, Mana Paling Murah?

Siap terjun ke dunia saham? Sebelum serbu beli saham, kamu harus tau dulu dong gimana caranya pilih sekuritas yang oke punya. Perusahaan sekuritas itu kayak gatekeeper-mu ke pasar saham. Gimana cara pilihnya? Tonton di sini!

Scalping, Swing Trading, Super Trader: Mana yang Terbaik?

Strategi scapling, swing trading dan super trader, kapan sih timing yang pas buat pakai ketiganya dalam saham?

Cara Scalping Saham, Swing dan Super Trader yang Benar dan Kapan Waktu Terbaiknya?

﻿﻿Pilih scalping saham, swing trading atau super trader.&nbsp; Mau ganti strategi trading tapi nggak tau timing-nya? Bosen dengan pilihan saham yang itu-itu aja?Di video kali ini, Ms. Ellen May, Found...