Pekan ini, nilai tukar rupiah kembali jadi sorotan. Mata uang kita sempat menyentuh Rp16.957 per dolar AS, hanya sedikit di bawah level terburuk sepanjang sejarah, yaitu saat krisis moneter 1998, ketika rupiah sempat tembus Rp17.000 per dolar AS.&nbsp;
Meski hari ini (10/04) rupiah menguat tipis, masih banyak yang bertanya-tanya, "Apakah kita bakal krisis lagi seperti dulu?" Sebelum panik, cek dulu kondisi ekonomi Indonesia sekarang dibandingkan 1998. Karena meskipun angka kursnya mirip, kondisinya jauh berbeda.
<h3 dir="ltr">1998 vs 2025: Perbandingan Singkat Ekonomi Indonesia</h3>
Dari luar, angka kurs rupiah sekarang memang mirip-mirip dengan level saat krisis 1998. Tapi kalau dilihat lebih dalam, situasinya sangat berbeda. Rupiah anjlok dari sekitar Rp8.000 ke Rp17.000 dalam periode Oktober 1997 sampai Januari 1998, cuma butuh waktu sekitar 3-4 bulan. Itu artinya pelemahan lebih dari 100% dalam satu kuartal saja.
Sementara sekarang rupiah melemah dari sekitar Rp16.000 ke Rp16.957 dalam kurun waktu hampir 6 bulan (Oktober 2024 &ndash; April 2025). Artinya pelemahannya sekitar 6% saja, dan terjadi secara bertahap.
Jadi, walaupun angka kursnya kelihatan tinggi, kecepatan dan skala pelemahannya jauh lebih kecil dibandingkan krisis moneter 1998. Ini menunjukkan kondisi sekarang lebih terkendali.
<table style="width: 87.4271%; border-collapse: collapse; border-color: #000000; border-style: solid;" border="1"><colgroup><col width="141" style="width: 22.7259%;"><col width="182" style="width: 39.8953%;"><col width="297" style="width: 37.3514%;"></colgroup>
<tbody>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Indikator
</td>
<td style="border-color: #000000;">
1998 (Krisis)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
2025 (Sekarang)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Cadangan Devisa
</td>
<td style="border-color: #000000;">
US$ 14,4 miliar (anjlok)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
US$ 154,5 miliar (tertinggi sepanjang sejarah)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Inflasi (YoY)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
77,6% (hyperinflasi)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
1,04% (sangat stabil)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Pertumbuhan Ekonomi
</td>
<td style="border-color: #000000;">
&ndash;13,16%
</td>
<td style="border-color: #000000;">
+5,03%
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Kesehatan Perbankan
</td>
<td style="border-color: #000000;">
CAR &lt; 4%; NPL ~48% (banyak bank modalnya di bawah ketentuan, kredit macet sangat tinggi​)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
CAR 27%; NPL 2,18% (permodalan kuat jauh di atas minimum, NPL rendah​)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: #000000;">
Utang Luar Negeri
</td>
<td style="border-color: #000000;">
US$ 138 miliar (banyak tenor jangka pendek)
</td>
<td style="border-color: #000000;">
US$ 427,5 miliar, tapi mayoritas (&plusmn;85%) bertenor panjang dan lebih sehat strukturnya
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Source: BPS, BI, CNBC Indonesia
*CAR: Rasio ketahanan modal bank&mdash;semakin tinggi, semakin aman. NPL: Rasio kredit macet&mdash;semakin rendah, semakin sehat.
Kesimpulannya, Indonesia saat ini punya fondasi ekonomi yang jauh lebih kuat. Nggak ada krisis perbankan, nggak ada lonjakan inflasi, dan pemerintah punya &ldquo;amunisi&rdquo; cadangan devisa yang besar untuk menjaga stabilitas. Jadi, pelemahan rupiah kali ini bukan karena ekonomi kita rapuh seperti dulu, tapi lebih karena faktor eksternal.
Pelemahan ini dipicu oleh faktor global: ketidakpastian geopolitik, suku bunga tinggi di AS, dan rencana Presiden AS Donald Trump yang kenakan tarif resiprokal ke negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia.
Sehingga investor global jadi lebih hati-hati, banyak yang menarik dana dari Indonesia. Akibatnya, permintaan dolar naik, rupiah pun tertekan.
<h3 dir="ltr">Apa yang Sudah Dilakukan Pemerintah dan BI?</h3>
<ol>
<li dir="ltr">
Intervensi di luar negeri (offshore) BI turun tangan sebelum pasar dalam negeri buka pasca libur Lebaran dengan beli rupiah di pasar luar negeri. Langkah ini jarang banget dilakukan, tapi jadi sinyal kuat kalau BI serius menjaga rupiah supaya nggak makin anjlok. 
</li>
<li dir="ltr">
Triple intervention BI masuk ke tiga pasar sekaligus:
</li>
</ol>
<ul>
<li dir="ltr">
Pasar spot: jual dolar, beli rupiah.
</li>
<li dir="ltr">
Pasar DNDF: atur ekspektasi kurs lewat kontrak forward.
</li>
<li dir="ltr">
Pasar obligasi (SBN): beli surat utang negara buat jaga stabilitas pasar keuangan.
</li>
</ul>
<h3 dir="ltr">Trump Tunda Tarif, Rupiah Menguat?</h3>
Kabar positif datang dari AS. Trump resmi menunda tarif resiprokal selama 90 hari. Melalui penundaan ini, untuk sementara Indonesia hanya akan dikenakan tarif dasar sebesar 10% seperti negara lainnya.&nbsp;
Penundaan tarif ini bikin investor sedikit lega. Karena kalau perang dagang ditunda, tekanan ke negara berkembang seperti Indonesia juga mereda. Dana asing bisa kembali masuk, dan rupiah pun berpeluang stabil atau menguat.
Alhasil, pagi ini rupiah rupiah dibuka menguat 0,3% di pasar spot ke Rp16.815, dan sempat menyentuh Rp16.790
Meski demikian, rupiah mungkin belum akan langsung menguat signifikan. Hanya saja peluang penguatan masih tetap ada, asalkan:
<ul>
<li dir="ltr">
Sentimen global membaik
</li>
<li dir="ltr">
Negosiasi tarif berjalan lancar
</li>
<li dir="ltr">
Kebijakan pemerintah tetap jelas dan kredibel
</li>
</ul>
Lalu, bagaimana strategi investasi saham yang efektif dan minim risiko di tengah kondisi ini? Yuk, daftar di Emvestart, webinar saham untuk pemula bersama pakar saham Ms Ellen May. 
<a href="https://emvest.id/blog" style="background-color: #f1c40f;">Klik di sini untuk daftar dan informasi selengkapnya</a>

sentimen market

sentimen

Rupiah Mendekati Level Krisis 1998: Haruskah Panik?

Apakah rupiah akan lanjut melemah dan krisis 1998 kembali terjadi? Sebelum panik, cek dulu perbandingan kondisi ekonomi dulu dan sekarang.

Investasi Saham BBRI Sekarang, Kenapa Harus Punya?

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. 

Yuk yang masih banyak pertanyaan soal BBRI, di video berikut Ms. Ellen May akan berbagi insight alasan kenapa saham BBRI masih menarik buat dibeli sekarang. Klik dan tonton videonya sampai selesai ya!

Fee Sekuritas Beli Jual Saham, Mana yang Murah?

Mau mulai investasi saham? Sekuritas mana yang menawarkan fee murah? Temukan jawabannya di video ini!

Battle sekuritas saham di Indonesia, mana yang murah?

Cara Pilih Sekuritas Saham Terbaik

Fee Sekuritas Saham, Mana Paling Murah?

Siap terjun ke dunia saham? Sebelum serbu beli saham, kamu harus tau dulu dong gimana caranya pilih sekuritas yang oke punya. Perusahaan sekuritas itu kayak gatekeeper-mu ke pasar saham. Gimana cara pilihnya? Tonton di sini!

Scalping, Swing Trading, Super Trader: Mana yang Terbaik?

Strategi scapling, swing trading dan super trader, kapan sih timing yang pas buat pakai ketiganya dalam saham?

Cara Scalping Saham, Swing dan Super Trader yang Benar dan Kapan Waktu Terbaiknya?

﻿﻿Pilih scalping saham, swing trading atau super trader.&nbsp; Mau ganti strategi trading tapi nggak tau timing-nya? Bosen dengan pilihan saham yang itu-itu aja?Di video kali ini, Ms. Ellen May, Found...